Jumat, 20 Juli 2007

Merubah Nasib, Mungkinkah ?

Mamah Nisa, Sang Panutan (1)

SIAPA, yang menyangka dibalik sikapnya yang tegas, disiplin namun penuh humor, ternyata menyimpan sejumlah misteri. Matahari pagi itu masih hangat menyinari anak-anak berseragam putih merah, namun riuh rendah anak-anak itu tidak menyulitkan wanita baya ini. Bahkan 100 anak pria wanita yang sempat merepotkan dua orang guru hanya dengan sekalia teriak langsung terdiam.

Bagi sebagian orang tua murid, Mamah Nisa (38) mungkin hanyalah seorang pedagang nasi kuning yang merangkap/nyambi sebagai penjaga sekolah. Sesekali ia membersihkan kelas atau menyapu halaman bahkan dia juga tidak sungkan memungut sampah plastik dan memasukkannya ke dalam karung yang sudah ia siapkan.

Namun bagi anak-anak di sebuah sekolah dasar di Bandung Selatan, Ibu dari dua orang anak itu menjadi panutan mereka. Anak laki-laki yang tengah berkelahi pun serentak menghentikan pergumulannya ketika melihat Mamah Nisa datang dan berteriak-teriak. Ia juga sangat dipuja oleh anak-anak yang berbelanja ke warungnya. Rahasianya adalah ia selalu memuji mereka dengan sebutan geulis (cantik) atau kasep (ganteng).

Setiap pagi hari, Mamah Nisa sudah keluar dari rumah kontrakannya yang terletak di sebuah bukit. Ia harus mengayuh sepeda tuanya ke pasar, berbelanja kebutuhan dagangannya. Ia bawa ke sekolah dan sambil bersiap-siap membuka warung, ia juga membereskan kelas, menyapu halaman dan mengambil sampah plastik.

Perolehannya dari berjualan nasi kuning, nugget atau sossis yang digoreng setiap hari tidak tentu, hanyalah cukup untuk makan. Bahkan untuk sewa/kost rumahnya juga hingga hari ini ia harus menunggak. Sedangkan kebutuhan untuk menyekolahkan anaknya yang kelas 3 SMP dan 3 SD setipa hari semakin bertambah. Penghasilan Suaminya pun tidak menentu, kadang dapat kadang tidak.

Sesekali disela-sela melayani pembeli, anak-anak maupun ibu-ibu yang mengantarkan, ia juga membantu guru-guru menertibkan anak-anak yang tidak mau diam. Bahkan ia harus melakukan aktivitasnya hingga sore hari ketika anak sekolah sudah pulang. Kalau suntuk sudah menyerangnya, ia segera keluar dari rumahnya dan mengambil raket dari kayu untuk bermain tok-tak (Sejenis Badminton, namun uukran lapangan lebih kecil dan raketnya terbuat dari kayu/papan).

Ketika ditemui, ia berharap bisakah merubah nasib dan menjadi orang yang tidak tergantung lagi pada uang pemberian orang lain sebagai buruh nyuci atau berjualan nasi kuning atau uang lelah usai ia menyapu halaman sekolah.......

Erwin.winaldi@yahoo.co.id

http:\\madu-highdesert.blogspot.com

http:\\maduhdasli.blogspot.com

HP/SMS 0818 0952 9945 atau 0813 2299 8154 atau 021-99280580

Tidak ada komentar: