Selasa, 13 November 2007

PPSB Ingin Jadi Terbaik

Perkumpulan Perhimpunan Santo Boromeus (PPSB) hingga saat ini memiliki 4 Rumah sakit. Dua diantaranya di Kota Bandung yaitu RS Santo Boromeus (RSSB) dan RS Santo Yusup (RSSY), RS Cahya Kawaluyan (RSCK) di Kabupaten Bandung Barat dan RS Sekar Kamulyan (RSSK) di Kabupaten Kuningan, Jabar

RSSB sendiri sudah melayani masyarakat selama 86 tahun, RSSY sudah 70 tahun, RSCK di Kabupaten Kuningan sudah 42 tahun dan yang terbaru di RSSK di Kota Baru Parahyangan sudah melayani masyarakat dalam 2 tahun terakhir ini.

Ke-empat RS tersebut dalam pengelolaan PPSB, yang berkomitmen tidak hanya dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, tapi juga mempunyai unit operasi lain. Unit lain itu adalah Akademi Keperawatan (dalam proses menjadi STIKES), jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) Cahaya Sumirat dan Radio Walagri di 93,3 FM yang bergerak di bidang preventif pendidikan masyarakat.

Komitmen PPSB dimasa dating tetap dalam penyelenggaraan perumahsakitan yang bersifat Nirlaba, dimana sisa hasil usaha dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk gedung yang representative serta alat-alat kesehatan yang mengikuti jaman.

Sebagai gambaran dalam melayani kebutuhan masyarakat segmen menengah atas )yang suka berobat ke luar negeri), PPSB selain meningkatkan suasana kenyamanan di RSSB dengan renovasi tempat perawatan, juga membangun rumah sakit dalam kondisi modern. Mulai dari perencanaan gedung juga budayanya mendekati nuansa pelayanan hotel berbintang lima.

‘’RSSB sebagai market leader di bidang perumasakitan di Bandung mempunyai satu obsesi ke depan, kami selalu berusaha menjadi yang terbaik,’’ ujar Direktur RSSB dr. A. Totot. MMR.

Untuk menjadi yang terbaik RSSB selalu melakukan proses perbaikan berkelanjutan dalam hal manajemen (ISO dan akreditasi), juga pembaharuan alat-alat kedokteran. Saat ini sudah tersedia MRE (Magnetic Resonance Emaging) dan CT-Scan Multy Slice-64. Kedepan akan melengkapi diri dengan CATH-Lab (alat untuk pelayanan paripurna pada penatalaksanaan jantung koroner).

‘’Alat-alat tersebut hanyalah benda mati, RSSB sangat berkomitmen untuk memberikan spirit agar alat-alat tersebut memberikan dampak pelayanan kepada pasien secara optimal, dengan cara memberikan pendidikan dan pelatihan berkesinambungan kepada dokter dan perawat di dalam dan luar negeri,’’lanjutnya.

Semua itu bertujuan agar PPSB dapat melakukan kontribusi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Bandung khususnya dan Jabar umumnya, menjadi lebih baik dengan konsep cost effective.

Perawatan Khusus Anak

Pada Jumat (16/11) mendatang, RSSB akan meresmikan tempat perawatan khusus anak yang disebut Gedung Irene. Gedung tersebut berkapasitas 89 tempat tidur (bed) dengan konsep perawatan modern, sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi penderita (anak) serta pelayanan yang cepat, tepat dan ramah sehingga dapat sembuh secepatnya.

‘’Kami dapat mengatakan hal ini karena memang RSSB sudah berpengalaman dalam memberikan pelayanan selama 84 tahun,’’ tandasnya.

Sementara itu Zr. Yosephine, CB Direktur Keperawatan RSSB menekankan arti pentingnya pelayanan kepada anak, karena anak itu manusia kecil yang mempunyai martabat, bukan hanya subjek dan harus dilayani seutuhnya. Sehingga RSSB merasa sangat berkepentingan untuk mendirikan Boromeus Children Medical Care (BCMC).

Fasilitas ini meliputi klinik penyakit anak, jantung anak, ginjal anak, neurology (tumbuh kembang), psikis, THT, bedah anak, gigi anak, bahkan juga ada terapi wicara, occupancy therapy dan Fisio Therapy. Intinya fasilitas ini memberikan pelayanan secara holistic kepada anak sehingga menghilangkan trauma pada anak (a-traumatic care) dan anak menjadi lekas sembuh.

Sementara itu RSSY seperti dikemukakan Direkturnya dr. Widyo S Budiman SpPK,MM ingin menjadi Rumah Sakit pilihan utama masyarakat Bandung Timur, karena memang lokasinya disana tidak terlalu banyak rumah sakit yang berdekatan.

Rumah sakit ini juga sesuai dengan visi dan misinya ingin berfihak kepada masyarakat tidak mampu (miskin). Hingga saat ini 36 % - 37 % bed yang ada ditujukan kepada pelayanan masyarakat menengah ke bawah. Sedangkan pemerintah hanya mewajibkan 25 % saja. Occupation Rate tertinggi di kelas-3 80 % adalah masyarakat menengah ke bawah sedangkan kelas utama hanya 50 % saja.

‘’Kelas-3 di RSSY relatif lebih murah dibandingkan dengan RS lain, namun tetap mengutamakan pelayan dengan standar Boromeus. Hal ini terbukti dari dokter dan perawat yang ada juga dari juga disuplay dari RS dan Akademi Perawat Boromeus,’’ ujarnya.

Fasilitas yang ada juga dinilai cukup memadai untuk sebuah RS Type C dimana sudah ada alat Rontgen dan CT-Scan. Selain itu RSSY juga melakukan kegiatan bersama-sama masyarakat dalam Posyandu dan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).

Erwin.winaldi@yahoo.co.id
0818 0952 9945

Tidak ada komentar: