Selasa, 15 Januari 2008

Tinggi, Tingkat Gagal Ginjal

BANDUNG, (PR).-
Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal cukup tinggi. Saat ini, jumlah penderita gagal ginjal mencapai 4.500 orang. Dari jumlah itu, banyak penderita yang meninggal dunia akibat tidak mampu berobat atau cuci darah (hemodialisa) karena biayanya sangat mahal.

”Permasalahan penyakit gagal ginjal yang dihadapi masyarakat adalah masalah mahalnya biaya cuci darah, yang harus dilakukan 2-3 kali seminggu. Akibatnya, tidak sedikit penderita yang meninggal dunia,” kata Ketua Yayasan Pembina Asuhan Bunda (YPAB) Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. R.A. Habibie (RSKG Ny. R.A. Habibie), Sri Soedarsono, disela acara peringatan HUT RSKG Ny. R.A. Habibie ke-16 di Jln. Tubagus Ismail 46, Bandung.

Melihat kecenderungan pasien cuci darah yang terus meningkat, RSKG Ny. R.A. Habibie berusaha meningkatkan penambahan mesin cuci darah dan fasilitas penunjang dialisis lainnya. Kini rumah sakit itu telah memiliki 47 mesin cuci darah, 10 di antaranya mesin paling mutakhir.
”Kecenderungan kenaikan penderita gagal ginjal itu antara lain terlihat dari meningkatnya jumlah pasien cuci darah, yang jumlahnya rata-rata 250 orang/tahun,” kata Sri.

Sementara itu, internist-nephrologist RSKG Ny. R.A. Habibie) dr. Rully MA Roesli, PhD, SpPD-KGH, menyebutkan, gagal ginjal merupakan penyakit yang cukup memprihatinkan di Indonesia. ”Karena biaya pengibatannya mahal, banyak penderita akhirnya meninggal dunia karena tidak mampu,” katanya.

Ia menjelaskan, gagal ginjal merupakan akibat dari efek penyakit lain seperti diabetes dan hipertensi. Kedua penyakit itu mengakibatkan ginjal tidak berfungsi atau disebut gagal ginjal. ”Gagal ginjal tidak bisa dicegah. Yang harus dicegah adalah diabetes dan hipertensi. Dan, jika sudah berdampak pada ginjal sudah tidak mungkin bisa dipulihkan, jalan satu-satunya adalah dengan cuci darah,” kata Rully. (A-73)***

Tidak ada komentar: