Jumat, 07 September 2007

Indah dan Menyentuh



Seorang teman lama Henny dari Purwakarta mengirim e-mail menjelang bulan suci Ramdhan, ini isinya.
Berbagi Cinta.




Jakarta, Bila ada ajakan untuk berbagi, apa yang ada di pikiran
anda? Berbagi dana, pakaian layak pakai, sembako, susu, makanan atau
bentuk material lainnya. Jawaban itu boleh jadi karena pengaruh ide
materilistik yang telah mengglobal. Mengukur segala sesuatunya
dengan ukuran yang bersifat material dan kasat mata. Pengalaman
nyata dari ayah angkat saya mungkin bisa menjadi pelajaran bahwa
berbagi tidaklah mesti berbentuk material.
Setiap tahun, ayah angkat saya punya kebiasan berkeliling ke
berbagai panti asuhan dan rumah anak yatim. Kunjungan biasanya
dilakukan dua kali. Awal bulan Ramadhan dan akhir bulan Ramadhan.
Kunjungan pertama adalah survey untuk mengetahui kebutuhan panti
asuhan atau rumah yatim. Kunjungan kedua membawa bantuan sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan.

Ketika berkunjung ke salah satu rumah yatim, ayah angkat saya
bertemu dengan seorang bocah bernama Nina. "Nina, apa yang anakku
mau sayang" begitu ayah saya membuka percakapan. "Nina mau baju
baru?, sepatu baru?, tas baru? Atau apa nak? tambah ayah
saya. "Nggak ah... ntar om marah" jawab Nina. "nggak sayang, om tidak
akan marah" ayah saya menimpali. "Nggak ah... ntar om marah" Nina
mengulang jawabannya.

Ayah saya berpikir, pasti yang diminta Nina adalah sesuatu yang
mahal. Rasa keingintahuan orang tua saya semakin menjadi. Maka dia
dekati lagi Nina sambil berkata, "ayo nak katakan apa yang kamu
minta sayang" "Tapi janji ya om tidak marah" jawab Nina manja. "Om
janji tidak akan marah sayang" tegas ayah saya. "Bener om tidak akan
marah" sahut Nina agak ragu. Ayah saya menganggukkan kepala pertanda
bahwa ia setuju untuk tidak marah

Nina menatap tajam wajah ayah saya. Sementara ayah saya berpikir,
apa gerangan yang diminta oleh Nina. "Seberapa mahal sich yang bocah
kecil ini minta sampai dia harus meyakinkan bahwa saya tidak akan
marah' pikir ayah saya. Sambil tersenyum orang tua saya
mengatakan "ayo nak, katakan, jangan takut, om tidak akan marah nak."

Dengan terus menatap wajah ayah saya, Nina berkata; "bener ya om
tidak marah." Sekali lagi ayah saya mengganggukan kepala. Dengan
wajah berharap-harap cemas, Nina mengajukan permintaanya "om, boleh
nggak saya memanggil ayah" Mendengar jawaban itu, tak kuasa ayah
saya membendung air matanya. Segera dia peluk Nina dan mengatakan "
tentu anakku.. tentu anakku...mulai hari ini Nina boleh memanggil
ayah, bukan om" Sambil memeluk erat ayah saya, dengan terisak Nina
berkata "terima kasih ayah... terima kasih ayah...

Hari itu, adalah hari yang tak akan terlupakan buat ayah saya. Dia
habiskan waktu beberapa saat untuk bermain dan bercengkrama dengan
Nina. Karena merasa belum memberikan sesuatu yang berbentuk material
kepada Nina maka sebelum pulang, ayah saya berkata kepada
Nina "anakku, sebelum lebaran nanti ayah akan datang lagi kemari
bersama ibu, apa yang kamu minta nak?" "Khan udah tadi, Nina sudah
boleh memanggil ayah" sergah Nina.

"Nina masih boleh minta lagi sama ayah. Nina boleh minta sepeda,
otoped atau yang lain, pasti akan ayah kasih." Sambil memegang
tangan ayah saya, Nina memohon "nanti kalau ayah datang sama ibu ke
sini, saya minta ayah bawa foto bareng ayah, ibu dan kakak-kakak,
boleh khan ayah?"

Tiba-tiba kaki orang tua saya lunglai, dia terduduk, bersimpuh di
depan Nina. Dia peluk lagi Nina sambil bertanya; "buat apa foto itu
nak?" Tanpa ragu Nina menjawab "Nina ingin tunjukkan sama temen-
temen Nina di sekolah, ini foto ayah Nina, ini ibu Nina, ini kakak-
kakak Nina." Ayah saya memeluk Nina semakin erat, seolah ia tak mau
berpisah dengan seorang bocah yang menjadi guru kehidupan di hari
itu.

Terima kasih Nina, walau usiamu masih belia kau telah mengajarkan
kepada kami tentang makna berbagi cinta. Berbagilah cinta, karena
itu lebih bermakna dibandingkan dengan sesuatu yang kasat mata.
Berbagilah cinta, maka kehidupan anda akan lebih bermakna.
Berbagilah cinta agar orang lain merasakan keberadaan anda di dunia.

erwin.winaldi@yahoo.co.id
021-992 80580, 0813 2299 8154, 00818 0952 9945

Tidak ada komentar: