Selasa, 02 Oktober 2007

Lebah yang Menakjubkan

Lebah yang Menakjubkan

"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia," kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (QS. An-Nahl: 68-69)

Dari banyak sisi, kehidupan lebah sungguh menakjubkan. Menurut perkiraan, lebah diketahui sudah menghasilkan madu sejak periode Cretaceous atau sekira 100 juta silam. Bukan soal umur geologis dan kepurbaan lebah yang membuat banyak kalangan takjub, melainkan betapa banyak pelajaran yang bisa dipetik oleh manusia dari kehidupan lebah. Mulai dari cara pengorganisasian struktur kehidupan koloni, membangun sarang dengan pemilihan bahan yang tepat dan desain matematika yang rumit, serta hasil kerja mereka yang amat sempurna dan berguna bagi manusia.

Lebah makan nektar (air mengandung gula) dan pollen (serbuk sari) yang dihasilkan bunga. Nektar adalah bahan yang digunakan oleh lebah pekerja untuk menghasilkan madu. Ketika lebah pekerja mendapatkan bunga, dia minum nektar sebanyak yang ia bisa minum. Lalu, ia memindahkan nektar itu kepada lebah pekerja lain yang memegang nektar itu dengan lidahnya. Sampai air dalam nektar menguap, nektar yang manis itu pun menjadi madu dan disimpan dalam sarang.

Yang menakjubkan, lebah menghasilkan madu jauh lebih banyak dari jumlah yang mereka butuhkan. Memang, menurut para ahli, cara memproduksi madu seperti ini merupakan bentuk respons cerdas lebah untuk mengantisipasi musim paceklik nektar dan serbuk sari. Pada saat musim dingin, bunga-bunga tak bermekaran dan jumlah nektar sangat sedikit, bahkan tidak ada sama sekali. Saat itulah, lebah tak perlu kelaparan karena masih punya stok madu di gudang mereka dalam sarang.

Tarian lebah

Pada musim semi dan panas, ketika bunga-bunga mulai bermekaran, lebah saling berkomunikasi untuk menemukan nektar dan pollen. Untuk menemukan nektar, biasanya lebah harus terbang menempuh jarak yang relatif jauh. Mereka mengumpulkan serbuk sari dan nektar dalam jarak 800 meter dari sarang. Seekor lebah, yang telah menemukan bunga, terbang kembali ke sarangnya untuk memberi tahu lebah lain tentang tempat bunga tersebut. Bagaimana lebah ini menjelaskan lokasi bunga kepada lebah lain di sarang? Dengan menari!

Dalam situs harunyahya.com disebutkan, lebah yang kembali ke sarangnya mulai menari. Tarian ini adalah sarana ekspresi yang mereka gunakan untuk memberi tahu lebah lain tentang lokasi bunga. Tarian yang diulang-ulang lebah tersebut mengandung semua informasi tentang sudut, arah, jarak, dan informasi perincian lain tentang sumber makanan, sehingga lebah lain dapat mencapai tempat itu. Tarian ini berbentuk angka "8" yang diulang terus-menerus oleh lebah tersebut. Lebah tersebut membentuk bagian tengah angka "8" dengan mengibas-ngibaskan ekor dan bergerak zig-zag. Sudut antara gerakan zig-zag dan garis matahari-sarang menunjukkan arah sumber makanan dengan tepat.

Akan tetapi, sekadar mengetahui arah sumber makanan tidaklah cukup. Lebah pekerja juga harus "mengetahui" seberapa jauh mereka harus menempuh perjalanan mengumpulkan bahan pembuat madu. Jadi, lebah dari sumber bunga tersebut memberitahukan jarak serbuk bunga dengan gerakan tubuh tertentu, yakni dengan menggoyangkan bagian bawah tubuhnya dan menimbulkan aliran udara.

Yang menakjubkan, lebah yang hanya mampu menjelaskan sumber makanan berdasarkan arah matahari, tidak kehilangan arah meski matahari bergeser satu derajat setiap empat menit. Mengapa bisa? Rahasianya ada pada mata lebah yang terdiri atas ratusan mata segi enam kecil. Setiap lensa berfokus pada satu wilayah sempit, persis seperti teleskop. Lebah yang melihat ke arah matahari pada waktu tertentu di siang hari akan selalu dapat menentukan lokasinya saat terbang.

Feromon

Di alam, terdapat ribuan lebah pekerja yang mencari bunga-bunga bermekaran. Kondisi ini sangat memungkinkan satu kelopak bunga diperebutkan oleh banyak lebah. Namun nyatanya, hal itu tak terjadi. Selama pencariannya, lebah punya metode tersendiri yang unik dalam penandaan bunga. Lebah madu akan tahu jika bunga yang ia temui telah didatangi dan diambil nektarnya lebih dahulu oleh lebah lain. Dengan demikian, ia menghemat waktu dan tenaga. Ini terjadi karena lebah yang mendatangi bunga terlebih dahulu menandainya dengan tetesan berbau khas yang disebut feromon.

Di alam tempat koloni lebah tinggal, perubahan suhu bisa berlangsung sangat ekstrem dan perubahan itu bisa merusak madu sehingga kualitas gizinya bisa menurun. Namun kenyataannya, lebah mampu mempertahankan kualitas madu yang dihasilkannya. Di luar jangkauan pemikiran manusia, lebah ternyata memiliki kemampuan alami dalam mengatur kelembapan dan ventilasi pada sarang mereka. Suhu sarang yang harus berada pada kisaran 35o C bisa dipertahankan secara konstan selama 10 bulan.

Struktur sarang segi enam

Yang tak kalah menakjubkan, selama jutaan tahun, lebah telah menggunakan struktur segi enam untuk membangun sarangnya. Sungguh menakjubkan bahwa mereka memilih struktur segi enam, bukan segi delapan atau segi lima. Menurut ahli matematika, struktur segi enam adalah bentuk geometris yang paling cocok untuk memanfaatkan setiap area unit secara maksimum.

Sisi menarik lainnya dari lebah adalah kemampuannya dalam melihat warna. Lebah memang tak bisa melihat warna merah, tetapi, mereka bisa melihat warna-warna yang tidak bisa dilihat oleh manusia, seperti ultraviolet. Ultraviolet adalah sinar yang menyebabkan kulit kita terbakar oleh sinar matahari. Manusia hanya bisa melihat satu warna UV, tapi bagi lebah, UV bisa dilihat secara utuh dengan variasi warna yang berbeda-beda. Bunga-bunga yang ingin menarik perhatian lebah harus memiliki warna yang bisa dilihat oleh lebah. Seringnya, bunga berwarna putih yang merefleksikan warna UV, sangatlah menarik perhatian lebah.

(Syarifah, S.P./Alumni Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Unpad/dari berbagai sumber)***

Tidak ada komentar: